Selasa, 06 Desember 2011

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menjadi tujuan utamanya adalah bagaimana nilai-nilai ajaran Islam yang diajarkan akan dapat tertanam dalam diri siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan sosial yang nantinya dapat berdampak pada terbentuknya insan kamil”, bukan pemahaman bahwa proses pembelajaran PAI hanya sebagai proses “penyampaian pengetahuan tentang agama Islam” seperti yang terjadi selama ini.
Kemudian untuk menunjang dan memuluskan tujuan tersebut, maka perlu adanya pembelajaran yang efektif dan efisien guna mendapatkan hasil yang maksimal. Penulis pun memiliki inisiatif mencari metode pembelajaran PAI yang penulis lakukan di Sekolah Dasar Negeri 4 Wonoharjo.
Melalui beberapa pemahaman yang dangkal akhirnya penulis mencari tentang metode pembelajaran PAI yang relevan dan mengikuti perkembangan zaman yang sudah canggih seperti saat ini. Penulis mengambil metode Snowball Throwing
Demikianlah yang menjadi latar belakang bagi penulis dari penulisan dan penyusunan makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
Dalam merumuskan permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana konsep pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar Negeri 4 Wonoharjo?
  2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar Negeri 4 Wonoharjo?




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep Pembelajaran PAI di SD Negeri 4 Wonoharjo
Dalam hal ini penulis mengambil konsep tentang pelatihan guru (teacher training) paradigma dominan (dominant paradigm).
1.      Lembaga pendidikan menghadapi masalah bias gender dalam subsektor pendidikan (Gender bias in sub-sectors).
2.      Guru menghadapi gaji relatif rendah, karier yang datar, dan penurunan status sosial (Poor salaries, flat careers, declining social status).
3.      Ketegangan antara kualitas dan pasokan: dilema dalam pemasaran pendidikan (Tension between quality and supply: market driven).
4.      Kurikulum tradisional yang terkotak-kotak vs permintaan yang nyata dari masyarakat (Traditional departmentalized curriculum vs. real demands).
5.      Guru mengomando di kelas seperti seorang pejabat (Teacher in command of classroom in a bureaucracy).

Penulis mengambil: “Paradigma dominan tentang guru mengomando di kelas seperti seorang pejabat (Teacher in command of classroom in a bureaucracy).

Menurut beberapa analisa dari pakar pendidikan, dewasa ini pendidikan memiliki pemasalahan rumit (crusial problem) yang mengindikasikan guru dituntut bisa melakukan inovasi dalam pembelajaran. Diskusi kelompok merupakan suatu pengalaman belajar yang dapat diterapkan dalam segala bidang studi. Akan tetapi harus disesuaikan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai serta bahan pelajaran yang diajarkan. Diskusi kelompok model Snow Ball merupakan salah satu strategi belajar mengajar dengan kadar keaktifan yang tinggi. Banyak hal yang harus kita perhatikan dalam diskusi kelompok, diantaranya materi, tempat duduk siswa serta banyaknya jumlah kelompok. Karena ketiga hal tersebut sangat berpengaruh dalam keefektifan diskusi itu sendiri. Sedangkan strategi pembelajaran model Snow Ball merupakan jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha-usaha yang sistimatis dan pragmatis dalam membantu anak didik, agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. (H. Zuhairini, 1983: 27). Dan di sekolah, Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak mungkin dipisahkan dari proses pembelajaran manakala sekolah tersebut menginginkan tujuan PAI bisa dicapai dengan baik. Muhaimin mengatakan bahwa pembelajaran PAI adalah upaya membuat peserta didik dapat belajar dan tertarik untuk terus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan. (Muhaimin, 2004: 183). Maka dapat dimengerti beberapa hal didalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) diantaranya, yaitu : 1) PAI sebagai usaha sadar berupa kegiatan bimbingan yang dilakukan secara berencana berdasarkan tujuan yang dicapai, 2) peserta didik sebagai sasaran mencapai tujuan yaitu peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam, 3) kegiatan pembelajaran PAI hendaknya diarahkan pada pencapaian tujuan dari peserta didik, disamping membentuk kesalehan atau kualitas pribadi maupun sosial. (Muhaimin,2004: 76).
Materi yang diberikan kepada kelas I SD masih merupakan ajaran pokok yang sangat mendasar dan sederhana, diberikan secara garis besar diserta sedikit penjelasan yang dapat ditangkap oleh keterbatasan logika anak. Penekanan dari setiap materi masih terbatas pada pengenalan, pemberian pengetahuan dan penanaman nilai. Secara keseluruhan materi PAI di kelas I SD yang diajarkan dalam dua semester terbagi dalam sebelas topik sebagai berikut: Rukun Iman; Syahadatain; Hafalan alQur’an; Adab belajar; Adab makan minum; Hafalan alQur’an surat pilihan; Rukun Islam; Kisah rasul I; Kisah Rasul II; Adab tidur; Thaharah.[1]
Mencermati materi di atas, maka dapat dikatakan sudah sesuai dengan standar teori pendidikan dan psikologi yang sudah ditetapkan, yaitu sudah sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis peserta didik. Di mana secara kognitif, materi tersebut baru berada pada tahap pengenalan dan pemberian pengetahuan dasar tentang ajaran Islam, seperti mengenalkan Rukun Islam, Rukun Iman, Syahadatain, menghafal surat pendek pilihan. Secara psikomotorik, siswa sudah dibisaakan berkelakuan sesuai dengan adab yang islami, seperti bagaimana adab makan dan minum, adab belajar dan adab tidur. Selain ranah kognitif dan ranah psikomotorik, yang paling penting dibina dan ditumbuhkembangkan oleh guru PAI adalah segi afeksi siswa, dalam hal siswa sudah dibisaakan memberi salam kepada guru, orang tua dan temannya; menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi teman sebaya dan yang lebih muda, selain itu kepada siswa juga dibisaakan meminta maaf kalau melakukan kesalahan dan memberi maaf kalau ada teman yang memintanya.
Kiranawati mengemukakan bahwa pengertian teknik snowball throwing dilihat dari sintaknya adalah Informasi materi secara umum, membentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masingmasing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain kemudian masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh, penyimpulan, refleksi dan evaluasi.[2]
Sintaknya adalah:
1.      Informasi materi secara umum,
2.      Membentuk kelompok,
3.      Pemanggilan ketua dan diberi tugas  membahas materi tertentu dikelompok,
4.      Bekerja dalam kelompok,
5.      Tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain,
6.      Kelompok lain menjawab secara bergantian,
7.      Penyimpulan dan evaluasi,
8.      Refleksi
Adapun keunggulan yang penulis gunakan dengan metode snowball throwing, adalah sebagai berikut :[3]
a.       Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola;
b.      Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi;
c.       Melatih kesiapan siswa;
d.      Saling memberikan pengetahuan.

Adapun kelemahan teknik snowball throwing, adalah sebagai berikut :
1.      Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa;
2.      Dalam pelaksanaannya ada peluang timbul pertanyaan yang sama antara kelompok yang satu dan kelompok yang lain;
3.      Bagi siswa yang biasanya mendominasi diskusi teknik snowball throwing akan dinilai mengekang kebebasan. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa yang agresif.

B.     Laporan Pembelajaran PAI di SD Negeri 4 Wonoharjo
Dalam menyusun pengalaman pembelajaran PAI di SD Negeri 4 Wonoharjo ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

1.      Materi dan Persiapan Pembelajaran Guru PAI
Pembelajaran dengan berbagai macam faktor yang telah dirumuskan adalah sesuatu yang mutlak diadakan di sekolah, yang mana ia sebagai lembaga pendidikan formal. Manakala proses pembelajaran dengan berbagai macam faktor tersebut diperhatikan, maka hasil pembelajaran akan sangat baik dan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi peserta didik. Oleh sebab itu sekolah dituntut untuk mengembangkan metode pembelajaran yang mampu membuat para peserta didik lebih aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang bisa mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. (Hisyam, 2002: 12).
Guru yang inovatif pasti berusaha memberikan sebuah kegiatan pembelajaran yang bermakna. Proses kebermaknaan dapat terjadi jika apa yang disajikan oleh guru tersebut memiliki sisi kemenarikan dan sekaligus kesenangan. Apa yang dilakukan guru menjadi sesuatu yang senantiasa ditunggu dan dinanti oleh peserta didik.
Jika pada pembelajaran kurikulum yang lalu, guru melakukan ceramah dan menyuruh siswa agar mencatat agar pembelajaran dapat selesai sesuai dengan alokasi waktu yang ada, namun dalam bentuk pembelajaran yang kreatif peserta didik diposisikan sebagai subyek pembelajaran yang tidak hanya duduk pasif semata melainkan mengembangkan pola pembelajaran yang sudah diatur koridornya oleh guru tersebut. Di satu sisi dapat terjadi kegiatan pembelajaran inovatif lebih membutuhkan banyak waktu. Di sisi lain, guru dapat mengembangkan respon dan motivasi peserta didik lebih maksimal.
Salah satu model pembelajaran yang kreatif dan sangat bisa dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran sejarah adalah snow ball throwing. Model pembelajaran ini bagian dari kegiatan metode pembelajaran kooperatif dengan pendekatan yang cenderung konstruktivisme. Unsur menarik dari kegiatan belajar ini adalah adanya aspek permainan yang umumnya dilakukan peserta didik ketika mereka sedang beristirahat, yaitu aktivitas membuat bola kertas dan melemparkannya kepada teman-temannya. Adanya bentuk permainan melempar bola kertas ini dengan sendirinya menjadi sesuatu yang melibatkan rasa kenakalan siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
Secara teknis metode ini melibatkan keaktifan peserta didik secara maksimal. Keterlibatan peserta didik menentukan sekali keberhasilan kegiatan belajar ini. Peserta didik merasa bahwa mereka hanya melaksanakan sebuah permainan semata. Namun tanpa disadari, mereka memperoleh materi pelajaran sejarah secara perlahan namun pasti.
Pada dasarnya, dalam pelaksanaan pembelajaran snow ball, peserta didik terlebih dahulu menyiapkan referensi sebanyak-banyaknya. Setelah proses pengumpulan referensi dilakukan, guru mulai membentuk kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdapat 4 anggota di dalamnya. Praktis, dalam satu kelas terdapat 10 kelompok yang membahas tema yang sama. Kemudian, masing-masing kelompok tersebut mempersiapkan diri dengan pertanyaan yang akan dilemparkan pada kelompok lainnya. Dalam hal ini mereka melakukan aktivitas membaca dan pencarian informasi yang mengasyikan. Ada dorongan untuk membuat pertanyaan yang tersulit sehingga dapat merepotkan kelompok lainnya untuk menjawabnya. Bahkan kalau bisa, kelompok lain memang tidak dapat menjawab sehingga mendapatkan hukuman yaitu menyanyi. Jika kelompok sudah menyiapkan sebuah pertanyaan, mereka lalu membuat kertas yang berisi pertanyaan menjadi bola kertas yang bisa dilemparkan pada kelompok lain. Bola kertas itu sengaja dilemparkan pada kelompok yang dituju. Kelompok yang menerima bola kertas itu harus menjawab dalam hitungan menit yang sudah ditentukan. Maksimal waktu yang dibutuhkan untuk menjawab adalah 8 menit. Ketika kelompok tersebut menjawab, maka kelompok yang melempari bola kertas sudah memiliki kunci jawaban terlebih dahulu untuk mengontrol dan mengecek kebenaran jawaban dari kelompok lain tersebut. Jika jawabannya salah maka dapat dihukum dan jika jawabannya benar akan mendapatkan aplaus dari semua kelompok.
Memang, setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan yang nampak dari kegiatan ini adalah kelas jelas lebih riuh, ramai, dan agak kacau-balau pada kegiatan pembelajarannya dibandingkan dengan kelas yang kegiatan belajarnya konvensional saja. Pada saat aksi melempar bola kertas saja dapat terlihat respon kelompok lain yang penuh kegirangan. Apalagi pada saat kelompok tertentu memberikan jawaban yang salah dan harus dihukum dengan bernyanyi, tentu saja kelas akan meledak nuansa kegirangan dan suara tertawa yang terbahak-bahak.
Namun demikian, hal itu wajar dan merupakan dinamika pembelajaran. Kelas yang ramai bukan sesuatu yang tabu lagi asal ada kesengajaan untuk memformat dan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan bersama.

2.      Pelaksanaan Pembelajaran Guru PAI
Banyak variasi pembelajaran kooperatif salah satunya adalah model snowball throwing. Pembelajaran kooperatif model snowball throwing dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, teman, tugas-tugas kelompok akan memacu siswa untuk bekerjasama, saling membantu, serta aktif dalam pembelajaran. 
Model pembelajaran snowball throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut pada temannya pada satu kelompok. Lemparan pertanyaan tersebut menggunakan kertas berisi pertanyaan yang ada dalam sebuah bola lalu dilempar-lemparkan kepada siswa yang lain. Siswa yang mendapat bola lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.[4]
Metode ini lebih menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Adapun langkah-langkah dalam metode snowball throwing adalah:
1.      Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2.      Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3.      Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang dijelaskan oleh guru kepada anggota kelompok atau temannya
4.      Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan ketua kelompok
5.      Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit
6.      Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.      Evaluasi
8.      Penutup

Penulis melaksanakan pembelajaran PAI model snowball throwing dengan alokasi waktu kurang lebih 10 menit appersepsi, 5 menit pengarahan kepada siswa, 5 menit persiapan siswa dan 15 menit alokasi waktu buat siswa melakukan pembelajaran PAI snowball throwing, 10 menit terakhir penulis gunakan untuk evaluasi.
Dibawah ini penulis memberikan deskripsi tentang pembelajaran PAI di kelas 1 sebagai berikut :











Gambar
Simulasi Snawbal throwing
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari permasalahan dan pembahasan materi diatas, adalah sebagai berikut :
1.      Konsep pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Wonoharjo merupakan pembelajaran PAI yang berbasis snowball throwing, yang sudah dipaparkan diatas dengan pembelajaran kooperatif pengelompokkan para siswa dalam kelompok kecil dengan menggunakan bola kertas.
2.      Pelaksanaan yang penulis lakukan dalam pembelajaran PAI di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Wonoharjo dengan model pembelajaran snowball throwing, yakni lemparan pertanyaan menggunakan kertas berisi pertanyaan yang ada dalam sebuah bola lalu dilempar-lemparkan kepada siswa yang lain. Siswa yang mendapat bola lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

B.     Saran
Dalam hal ini, saran konstruktif yang bisa penulis ajukan adalah sebagai berikut :
1.      Dalam menyusun dan menggunakan metode pembelajaran PAI di tingkat Sekolah Dasar (SD) seharusnya seorang guru lebih inovatif dan selalu dinamis. Hal tersebut tentunya saran yang konstruktif guna melatih seorang siswa cepat dan tetap aktif dalam proses pembelajaran.
2.      Dalam memberi pembelajaran guru harus selalu memperhatikan segala aspek yang akan disampaikan agar tidak keluar dari koridor pembelajaran.